Kisah PenyalibanOleh : Hj.Irena Handono
Benarkah nabi Isa Al-Masih Alaihissalam disalib dan meninggal pada kayu salib?
Pertanyaan tersebut menarik untuk didiskusikan karena persoalan penyaliban akan membawa implikasi panjang pada aqidah umat. Sebab seperti kita ketahui doktrin Kristen menegaskan bahwa Isa Al-Masih, yang oleh kalangan Kristen disebut Yesus, meninggal di kayu salib. Implikasi panjang yang saya maksud, karena konsep penyaliban tersebut menjadi tonggak "aqidah" umat Kristen tentang kenaikan dan kebangkitan Yesus, yang pada ujung-ujungnya mengarah pada pengakuan Ketuhanan Yesus.
Nabi Isa, dalam sejarahnya, memang mendapat hukuman salib. Hukuman itu diterimanya karena beliau dianggap menghujat Allah dengan mengatakan bahwa dirinya Anak Allah (Mat.26:63). Tetapi ketika diajukan ke wali negeri, Isa Al-Masih dituduh makar sehingga Pilatus bertanya: Engkau Raja Orang Yahudi? (Mat 27:11). Karena dituduh makar itulah, beliau disalib.
Marilah kita telaah sejarah itu secara obyektif. Dalam Injil dijelaskan sebagai berikut: Hari itu ialah persiapan Paskah, kira-kira jam 12" (Yoh 19:14). Istilah Paskah sendiri berasal dari bahasa Ibrani dari kata "Pesah" yang berarti : melewati. Upacara ini seperti dijelaskan Perjanjian Lama sebenarnya dilaksanakan sebagai peringatan pembebasan bangsa Israel dari bangsa Mesir, yang pada saat itu anak-anak sulung orang Mesir dibunuh, tetapi pintu-pintu orang Ibrani "dilewati", karena ambang atas dan kedua tiang pintu rumah mereka disapu dengan darah anak kambing domba (kel 12:23-28).
Sedang dalam Perjanjian Baru, Yesuslah yang disebut-sebut sebagai "anak domba bukit Paskah" (I Kor 5:7). Dengan demikian menurut keyakinan Kristen sendiri Isa Al-Masih (harus) disalib untuk menebus dosa umatnya sebagai akibat dosa yang diwariskan Adam dan Hawa. Dengan penyaliban tersebut, maka manusia terbebas dari siksaan akibat dosa tersebut. Dalam perkembangan selanjutnya gereja menyatakan bahwa Paskah adalah hari "Kebangkitan Yesus".
Dalam persiapan Paskah, kira-kira jam 12, Pilatus selaku gubernur Romawi, memutuskan untuk menyerahkan Isa Al-Masih kepada orang-orang Yahudi, agar disalib di bukit Golgota (Bukit Tengkorak). Maka Isa Al-Masih dipaksa memanggul salib ke Bukit Golgota.
Setelah sampai di bukit Golgota (Matius 27:46) kira-kira jam tiga sore berserulah Isa Al-Masih dengan suara nyaring "Eli, Eli lama sabakhtani!, yang artinya "Tuhanku, Tuhanku mengapa Engkau meninggalkan aku?"
Hari itu adalah adalah hari persiapan Paskah dan besoknya adalah hari Sabat (hari Sabtu). Bagi umat Yahudi, hari Sabat adalah hari ketujuh, hari yang suci dan Tuhan berhenti bekerja pada hari tersebut, sehingga orang Yahudi dilarang bekerja apapun (Kel 20:8-11), termasuk melakukan penyaliban, dan orang yang bekerja pada hari itu harus dihukum mati (kel 31:12-14)
Pada saat itu, waktu yang tersisa untuk menyelesaikan pekerjaan penyaliban, sebelum memasuki hari Sabat, tinggal 2,5 - 3 jam lagi (ingat, bahwa pergantian waktu menurut tradisi Yahudi adalah terbenamnya matahari, bukan pada jam 00.00).
Terdesak oleh waktu, dan untuk mempercepat proses kematian orang-orang yang disalib tersebut, orang-orang Yahudi ingin segera memastikan kematian dengan cara "mematahkan kaki", yaitu meremukkan kaki dengan batas bagian tempurung kebawah.
"Datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang yang disalib tersebut dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan". (Yoh 19:31)
Isa Al-Masih Meninggal di Kayu Salib? Tepat giliran Isa Al-Masih, para serdadu Romawi ternyata tidak mematahkan kakinya. Sebab, mereka menyangka Isa Al-Masih telah mati.
"Tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa ia telah mati, mereka tidak mematahkan kakinya. (Yoh. 19:33).
"Pilatus heran saat mendengar bahwa Yesus sudah mati. Maka ia memanggil kepala serdadu dan dan menanyakan kepadanya benarkah Yesus sudah mati." (Markus 15:44)
Benarkah Isa Al-Masih telah mati di kayu salib? Itulah pertanyaan kritis, yang saat itu juga sempat membuat Pilatus terheran-heran. Berdasarkan catatan sejarah dan tinjauan sains, umumnya orang yang disalib mengalami kematiannya, minimal 2 hari.
Kematian pada kayu salib baru bisa terjadi oleh dua hal :
Pertama, oleh infeksi. Dipakunya tangan dan kaki pada kayu salib membuka peluang masuknya kuman kedalam tubuh. Tanpa si perlindungan antibiotika, kuman tersebut akan berkembang dan menyebar ke seluruh tubuh. Proses kematian karena infeksi seperti ini, biasanya berlangsung 2-3 hari
Kedua, Kematian disalib terjadi karena kelaparan dan dahaga. Dengan tidak masuknya bahan makanan yang diperlukan untuk kehidupan normal, maka hal tersebut akan mengganggu metabolisme dalam tubuh. Karena tidak adanya suplai makanan, tubuh memobilisasi bahan simpanan yang ada dalam tubuh. Bila simpanan karbohidrat dalam bentuk glikogen yang ada habis, maka protein yang ada di otot digunakan sebagai pembentukan energi yaitu pembentukan ATP. ATP merupakan energi "siap pakai". Bila protein yang ada di otot berkurang sedemikian rupa, maka fungsi sel akan terganggu dan diakhiri dengan kematian. Proses ini biasanya berlangsung 6-7 hari.
Dengan tinjauan medis seperti itu terbukti bahwa waktu 1 hari (saat itu hari Jum'at) belum cukup untuk membuat Isa Al-Masih meninggal di kayu salib. Disisi lain, karena mengira Yesus sudah mati itulah seorang dari prajurit menikam lambungnya dengan tombak dan segera mengalir keluar darah dan air (Yoh 19:34)
Pertanyaan kritis selanjutnya adalah mungkinkah orang yang sudah mati mengalirkan darah jika terkena tikaman?
Keluarnya darah dari organ tubuh yang ditikam menandakan masih aktifnya aliran darah dalam sistem peredaran orang tersebut dan itu berarti jantung yang bertugas memompa darah ke seluruh tubuh masih berfungsi. Masih berfungsinya jantung tersebut, menandakan bahwa seseorang masih hidup.
Penelaahan yang cermat dan objektif terhadap ayat-ayat Bibel diatas membuktikan bahwa saat itu Isa Al-Masih belum meninggal. Ia hanya pingsan. Dan, kondisi pingsan itulah yang dilhat para serdadu sebagai kondisi mati (ingat, pada kejadian tersebut para serdadu hanya melihat bukan memeriksa bahwa Yesus telah mati)
Al-Qur'an tentang Penyaliban Isa Al-MasihLolosnya Isa Al-Masih dari pematahan kaki yang berarti tidak dilakukannya pemastian kematian karena para serdadu sudah yakin Isa Al-Masih telah meninggal merupakan suatu pertolongan Allah atas hamba-Nya. Pingsannya Isa Al-Masih telah dilihat oleh para serdadu sebagai kematian Isa Al-Masih.
Kronologis peristiwa yang diungkapkan oleh Bibel justru menunjukkan bahwa saat itu Isa Al-Masih belum meninggal. Namun kebenaran ini justru ditolak oleh umat Kristen demi konsep Ketuhanan Yesus yang dirumuskan dalam Konsili Nicea tahun 325 M. Sebab konsep Ketuhanan itu mengharuskan adanya "evolusi Ketuhanan Yesus" sebagai berikut: penyaliban, mati, bangkit (hidup kembali), duduk disebelah kanan Allah (Markus 16:19), dan (menjadi) Tuhan
Al-Qur'an sendiri secara gamblang menjelaskan bahwa Isa Al-Masih tidak dibunuh pada kayu salib.
"Dan lantaran perkataan mereka yang mengatakan: Sesungguhnya kami telah membunuh Isa Al-Masih anak Maryam rasul Allah itu. Padahal sebenarnya mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya (hingga mati), melainkan hanyalah diserupakan saja pada mereka..."
(An-Nisa [4]: 157)
Prof. Dr. KH. Hasbullah Bakry, SH. dalam bukunya "Isa dalam Al-Qur'an Muhammad dalam Bible". (Firdaus), cet.8, hal. 45 dan 47 menyatakan penafsirannya tentang QS.An Nisa [4] : 157
"Kalimat "Ma qataluhu wa ma shalabuhu" yang berarti: "Mereka tidak ra khusus membunuhnya dan tidak pula menyalibnya" haruslah diartikan sebagai penguat (kalimat) satu dengan yang lain. Ma Qataluhu artinya mereka tidak membunuh Isa dengan jalan apa saja (disini membunuh berarti umum). Ma shalabuhu mereka juga tidak membunuhnya dengan penyaliban. Disini membunuh dengan cara khusus yakni dengan penyaliban (kruisiging)
Penyaliban artinya memakukan orang dengan membentangkan kedua tangan pada kayu bersilang sehingga mati. Kalau tidak sampai mati namanya bukan penyaliban tetapi hanya terserupa saja sebagai penyaliban.
Ada pendapat mengatakan bahwa Isa Al-Masih tidak disalib, tetapi yang disalib sampai mati adalah Yudas Iskariot alias Yahuda Askhariyuti. Pendapat seperti ini sulit dipertanggungjawabkan sebab Al-Qur'an sama sekali tidak pernah menyebut atau mengkisahkan nama tersebut.
Lantas dari mana umat Islam mengenal nama Yudas Iskariot? Jawaban atas pertanyaan ini bisa kita baca lewat keterangan Prof.HAMKA :
"Mereka menerima riwayat dari orang-orang Yahudi dan Nasrani yang masuk Islam. Satu riwayat dinukilkan Ibnu Jarir menyatakan bahwa rupa Isa disamakan kepada Yahuda (Yudas) itu sendiri, sehingga dialah yang ditangkap dan dialah yang disalib."
......Adapun riwayat-riwayat ini diterima oleh sahabat dan penafsir sesudahnya ialah orang-orang ahlul kitab yang masuk Islam, diantaranya Wahab bin Munabbih.
Jadi, jelas bahwa umat Islam mengenal Yudas dari ahlul kitab, bukan dari Al-Qur'an.
Misteri Penguburan Isa Al-MasihDalam keadaan pingsan serdadu menganggap dalam keadaan mati Isa Al-Masih diturunkan dari kayu salib. Berikut adalah penjelasan Bibel, berkaitan dengan peristiwa-peristiwa setelah Isa Al-Masih dianggap mati di kayu salib.
"sesudah itu Yusuf dari Arimatea ia murid Yesus tetapi sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi meminta kepada Pilatus supaya ia diperbolehkan menurunkan mayat Yesus. Dan Pilatus meluluskan permintaannya itu. Lalu datanglah ia dan menurunkan mayat itu" (Yoh 19:38)
Juga Nikodemus datang ke situ. Dialah yang mula-mula datang waktu malam kepada Yesus. Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu. Kira-kira lima puluh kali beratnya (Yoh 19:39)
Mereka mengambil mayat Yesus, menggapainya dengan kain lenan dan membubuhinya dengan rempah-rempah menurut adat orang Yahudi bila menguburkan mayat (Yoh 19:40)
Yusuf pun membeli kain lenan, kemudian ia menurunkan mayat Yesus dari salib dan menggapainya dengan kain lenan itu. Lalu ia membaringkan dia didalam kubur yang digali didalam bukit batu. Kemudian digulingkan sebuah batu ke pintu kubur itu (Markus 19:46).
Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus (Markus 16:1).
Ayat-ayat tersebut, memang jika dibaca tanpa daya kritis, seolah menguatkan fenomena bahwa Isa Al-Masih meninggal karena disalib. Tetapi marilah dengan kekuatan nalar, kita telaah makna-makna dibalik ayat-ayat tersebut.
Secara kronologis, peristiwa penurunan Isa Al-Masih dari kayu salib, seperti dijelaskan ayat-ayat diatas, adalah sebagai berikut:
1. Hari Jum'at, sebelum masuk waktu Sabat (sebelum Maghrib) Yusuf dari Aritmatea membawa Yesus ke kuburnya.
2. Malam harinya, Nikodemus datang ke kubur dengan membawa campuran minyak mur dan gaharu. Lalu mengkafani Yesus dengan kain lenan.
3. Ahad pagi hari, Maria Magdalena dan kawan-kawan membawa rempah-rempah ke kubur untuk meminyaki Yesus.
Dari kronologis tersebut, muncul pertanyaan "mayat" Isa Al-Masih sudah diberi rempah-rempah untuk diminyaki oleh Yusuf Arimatea dan Nikodemus serta dikafani, mengapa pada pagi hari dua hari berikutnya (hari Ahad) datang para wanita ke kubur dengan membawa rempah-rempah dan minyak untuk meminyaki Isa Al-Masih?
Jawabannya tidak sulit, datangnya para wanita tersebut pada dua hari sesudah "penguburan" justru menunjukkan bahwa Isa Al-Masih belum meninggal. Kedatangan mereka dengan membawa tambahan rempah-rempah tersebut, tentu saja, dimaksudkan untuk mengobati Isa Al-Masih.Mengingat rempah-rempah dan minyak mur antara lain berfungsi sebagai obat untuk luka.
Bentuk Kubur YahudiMungkin anda bertanya: "Bisakah orang bertahan hidup dalam kuburan?" Anda juga mungkin bertanya: "Bisakah kubur itu didatangi/dimasuki, sebagaimana dilakukan Maria Magdalena dan kawan-kawan?"
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, terlebih dahulu kita harus faham tentang kubur orang Yahudi.
Bentuk kubur orang Yahudi jangan kita bayangkan sama dengan model kubur orang Islam, mayat tidak ditanam kedalam tanah, melainkan diletakkan diatas batu yang ada didalam ruang kubur terletak di gua ataupun yang sengaja dibangun berbentuk semacam tempurung, dan berpintu. Kondisi kubur seperti itu memberi dua kemungkinan, pertama, orang yang dimasukkan dalam ruang kubur seperti yang dialami Isa Al-Masih masih tetap hidup, karena masih ada ruangan untuk bergerak dan bernafas. Kedua, memungkinkan orang lain memasukinya, seperti yang dilakukan oleh para murid Isa Al-Masih, sehingga terbuka lebar-lebar kesempatan memberi pengobatan
(sekaligus makanan) sampai luka-luka Isa Al-Masih sembuh.
Dimanakah Isa Al-Masih Wafat dan Dimakamkan?Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Isa Al-Masih tidak meninggal di kayu salib. Beliau hanya pernah mengalami bahaya penyaliban namun akhirnya diselamatkan oleh Allah dengan cara diserupakan kondisinya sebagai orang mati dengan cara pingsan. Jadi Isa Al-Masih tidak meninggal disalib melainkan selamat dan tetap hidup bahkan sampai usia lanjut.
Keterangan bahwa kehidupan Isa Al-Masih berlanjut sampai usia lanjut dapat kita baca dari keterangan Al-Qur'an surat Ali Imran [3]: 46.
"Dia dapat berbicara dengan manusia diwaktu masih dalam buaian dan ketika sudah dewasa"
Kamus Bahasa Arab "Munjid fil Lughati wal Adabi" mengartikan "kahlan" sebagai "man kaanat sinnu 'umrihi bainal tsalatsina wal khamsina taqriban" (seorang yang berusia kurang 30-50 tahun)
Al Imam Raghib seperti dikutip Saleh A, Nahdi (Bibel dalam Timbangan, PT Arista Brahmatyasa, 1994, h.20) mengatakan bahwa "kahlan" sebagai "man wakhatahu syaib" (orang yang rambutnya bercampur dengan yang putih karena usianya yang lanjut)
Adapun bukti-bukti sejarah bahwa Isa Al-Masih hidup sampai usia lanjut, diantaranya :
1. Dalam usia lanjut yang dimulai antara 40-50 tahun, Yesus masih memberikan pengajaran. Masa hidup tadi disaksikan bukan saja oleh para penginjil melainkan juga oleh semua pemimpin-pemimpin gereja yang datang ke Asia bersama Yahya sendiri (C.R. Gregory, Canon and the New Testament)
2. James Moffat : Pemuda-pemuda gereja di Asia percaya kematian Yesus itu terjadi di zaman Kladius tahun 41-50. Papias sendiri mengatakan bahwa pada usia tersebut Yesus masih mengajar.
Pertanyaan selanjutnya adalah dimanakah beliau menjalani masa-masa kehidupannya sampai usia lanjut dan dimakamkan?
Jawaban atas pertanyaan tersebut dapat kita dapatkan dari penjelasan Al-Qur'an surat Al-Mu'minun [23]: 50 :
"Dan Kami telah jadikan (Isa) putra Maryam beserta ibunya suatu bukti yang nyata bagi (kekuasaan Kami), dan Kami melindungi disuatu tanah tinggi yang datar yang banyak terdapat padang-padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir"