"Dan Kami telah jadikan (Isa) putra Maryam beserta ibunya suatu bukti nyata bagi (kekuasaan Kami), dan Kami melindungi mereka disuatu tanah tinggi yang datar yang banyak terdapat padang-padang rumput dan sumber-sumber air yang bersih mengalir"
Dimanakah tempat yang oleh ayat ini disebut "suatu tanah tinggi yang datar yang banyak terdapat padang-padang rumput dan sumber-sumber air bersih mengalir"?
Seperti dikutip H.M. Josoef Sou'yb (Isa Al-Masih Sudah Mati?, PT Al Husna Zikra, 1994, Cet.1, h.20-26), diantara para pakar merujuk bahwa tempat itu adalah dataran tinggi pada bukit sebelah Barat Laut Mati, Palestina, yaitu biara tempat kediaman sekte Esenes. Tempat ini dikenal dengan Bukit Qumran.
"Pada dataran deretan bukit batu yang membujur disebelah Barat Laut Mati terdapat suatu dataran luas ..... pada dataran itu menonjol sekelumit runtuhan dinding tembok".
"Pere de Vaux dengan stafnya, demikian Edmund Wilson didalam bukunya Dead Sea Scrolls edisi 1956 H. 55-71, yang melakukan penggalian dan menemukan reruntuhan suatu biara besar dengan ruangan-ruangan yang luas. Dibawahnya dijumpai pula enam saluran air tapi kini sudah kering"
"Diantara biara besar pada dataran tinggi itu dengan pinggir Laut Mati, demikian Edmund Wilson, tampak terdapat lebih seribu kuburan..... Diantara seluruh kuburan yang digali itu maka hanya ada satu jenazah yang punya "keistimewaan" yaitu memakai keranda dan diantara seluruh jenazah itu terdapat jenazah seorang wanita (ingat, penghuni biara/bukit Qumran hanya kaum laki-laki.)"
Satu jenazah yang mempunyai keistimewaan dengan keranda dan satu jenazah seorang wanita itu tidak lain adalah jenazah Isa Al-Masih dan ibundanya Siti Maryam yang hidup dan meninggal serta dimakamkan di bukit Qumran.
Mengapa data-data penting ini terkesan tidak banyak diungkap? Mudah menjawabnya. Karena ada pihak-pihak tertentu yang berkepentingan dengan soal ini. Hal ini, misalnya dapat kita cermati dari fenomena naskah Gulungan Laut Mati (Dead Sea Scrolls), yang terletak di gua Qumran, sekitar 10 mil sebelah Timur Yerusalem yang menyimpan sekitar 800 macam fragmen dokumen yang ditulis sekitar tahun 200 S.M. sampai tahun 50 M dalam bahasa Ibrani, Yunani, dan Aram (bahasa sehari-hari yang dipakai Yesus), diantaranya terdapat 127 dokumen ayat-ayat Bibel juga kitab suci Apokriba (Kitab yng tidak boleh dibaca oleh umat Kristen)
Sejak penemuannya pada tahun 1947 oleh seorang gembala domba Badui sampai selama empat dekade berikutnya, banyak rahasia gulungan yang disembunyikan oleh kelompok kecil sarjana yang menguasai dokumen tersebut. Namun penyembunyian itu berakhir bulan September 1991, ketika sebuah lembaga penelitian di California yang menyimpan empat set fotografi koleksi Dead Sea Scrolls, mulai mengizinkan para sarjana yang berkepentingn untuk menelitinya. Bahkan komentar Frank M. Cross, editor naskah Gulungan Laut Mati dan seorang pakar bahasa Ibrani dan Barat di Harvard University, memperingatkan bahwa akses tanpa batas pada naskah gulungan itu akan membongkar misteri yang aneh disekitar Al Kitab, seperti kitab Tobit, Sirakh dan Yobel (yang apokripa bagi pemeluk Katolik dan Protestan)
(Dr. Muhammad Ataur Rahim, Misteri Yesus dalam sejarah, Pustaka Da'I, 1994).