1. Isa Al-Masih telah diwafatkan oleh Allah. Seperti manusia lain, beliau pun, akan terkena sunnatullah kematian "Setiap nafas (yang berjiwa), akan menghadapi kematian"
(Ali Imran [3] : 185)
2. Bahwa Isa Al-Masih akan diangkat Allah bukan dalam arti diangkat secara fisik, melainkan derajatnya. Penggunaan kata rafa'a seperti ini bisa juga kita temui dalam surat Al-Mujadilah [58] : 11 "....Allah akan mengangkat orang-orang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat...."
Makna pengangkatan yang sama juga diberikan kepada Nabi Idris (Maryam [19] :57)
Bahwa hadits-hadits Nabi SAW yang melukiskan tibanya suatu periode dimana Isa akan mengoreksi keislaman bani Israil yang menyeleweng dari syariat Nabi Musa, atau menyebut Isa Al-Masih berada di langit atau masih hidup hingga kini, tidak bisa dijadikan pedoman yang kokoh. Kesimpulan tersebut diambil dari beberapa fakta dibawah ini :
Pertama Hadits-hadits tersebut termasuk hadits ahad, sehingga tidak bisa dijadikan pedoman dalam soal aqidah.
Kedua Walaupun menurut Bukhari sanadnya shahih tetapi karena matannya mungkin bersinggung balik dengan Al-Qur'an yang dengan tegas mengatakan bahwa Isa Al-Masih telah wafat maka untuk menghindari kesalahfahaman seperti yang terjadi pada jama'ah Ahmadiah Qadian, hadits tersebut lebih baik ditinggalkan saja.
Ketiga Hadits-hadits tersebut bermuara pada dua orang saja, yang keduanya bekas penganut agama Kristen, yaitu
Ka'ab Al Akhbar dan Wahab bin Munabbih (yang masih punya kaitan pada kepercayaan lamanya)
Dari logika saja, bagaimana Isa Al-Masih hidup di langit itu? Apakah Tuhan ada di langit? Langit itu walau bagaimana pun juga luasnya berarti dalam lingkungan ruang dan waktu, sedangkan Tuhan tidak dibatasi ruang dan waktu,
Bagaimana Isa Al-Masih dengan tubuh jasmaninya hidup di langit yang udaranya diluar kesanggupan paru-paru insani? Atau apakah Isa Al-Masih disana dalam keadaan alam ruhani saja? Kalau demikian maka kondisi tersebut sama dengan manusia lainnya yang telah mati, mereka hidup dalam alam ruhani diluar ukuran dunia fana ini. Sehingga tidak perlu dipersoalkan lagi.
Boleh jadi juga orang-orang Kristen dan sebagian orang-orang Islam yang menyandarkan bahwa Isa Al-Masih duduk dikanan Allah itu karena ayat Al-Qur'an berbunyi : "....dan adalah Isa salah seorang yang dekat pada Allah (minal muqarrabin)."
Dekat disini bukan berarti dekat dalam ukuran ruang dan waktu tetapi dekat dalam arti ruhani, maksudnya beliau sangat mulia disisi Allah karena iman dan taqwanya pada Allah. Dan kita jangan keliru bahwa ayat ini menunjukkan bahwa Isa Al-Masih hanyalah salah seorang saja dari antara orang-orang yang dekat pada Allah. Jadi kaum "muqarrabin" itu jumlahnya banyak sekali, dan yang sudah tergolong "muqarrabin" itu ialah para nabi dan para wali, orang-orang yang shaleh dan taqwa pada Allah. Jadi tidak seharusnya hanya Isa Al-Masih saja yang dianggap dekat pada Allah.
Sedangkan pendapat sebagian ulama bahwa Isa Al-Masih masih hidup di syurga justru dipakai oleh kalangan Kristen untuk menyatakan bahwa orang Islam pun mengakui kalau Yesus hidup di syurga dengan Tuhan. Maka siapa yang bisa berdampingan dengan Tuhan kalau bukan Tuhan?
Jika pemahaman itu merasuk pada umat Islam, maka dua doktrin umat Kristen Kebangkitan, Kenaikan dan Ketuhanan Yesus dengan mudah juga diterima umat Islam.